Batu Kelenjar Liur dan Fenomena Retensi Mukus


https://www.blog.klinikdoktergigi.web.idSialolit, yang juga dikenal sebagai batu kelenjar liur adalah pengerasan kompleks kalsium di dalam kelenjar atau duktus liur yang dapat menyumbat aliran liur dan dapat menyebabkan pembengkakan dasar mulut.

Pembentukan batu terjadi paling sering sesudah usia 25 tahun, 2 kali lebih sering pada pria daripada wanita dan biasanya dalam kelenjar submandibuler.


Arah aliran naik dari duktus ekskretoris, bersama dengan isi mukus dan pH alkali liur yang tinggi adalah faktor-faktor yang bermakna dalam pembentukan batu. Batu biasanya oval dan licin atau tidak teratur permukaannya.

 
BACA JUGA:  Mengenal Berbagai Macam Alat Pelindung Gigi

Penyumbatan aliran liur oleh batu akan mengakibatkan pembengkakan dasar mulut yang keras, nyeri dan sakit. Gejala akut seringkali kambuh pada waktu makan.

Pembengkakan dapat meluas di sepanjang aliran duktus ekskretoris dan berlangsung selam berjam–jam atau berhari-hari, tergantung pada penyumbatannya.

Mukosa diatasnya biasanya tetap merah muda. Infeksi sekunder mengakibatkan pus keluar dari lubang duktus atau kemerahan pada dasar mulut yang membengkak.

Perawatan termasuk radiograf oklusal yang sesuai, sialografi (jika tidak infeksi) dan pembuangan secara bedah dari sialolitnya. Sellulitis setempat dan demam memerlukan penggunaan antibiotik sebelum produser yang lebih luas.

BACA JUGA:  Tips Memilih Pasta Gigi yang Baik dan Sehat

Fenomena Retensi Mukus

Fenomena retensi mukus adalah lesi lunak berfluktuasi yang melibatkan retensi cairan mukus di dalam jaringan subtipel, biasanya sebagai akibat trauma.

Pembengkakan jernih atau biru ini dapat terjadi pada bibir, dasar mulut, ventral lidah atau mukosa pipi. Biasanya tanpa gejala dan kurang dari 1 cm diameternya.

Dasar dari fenomena retensi mukus umumnya tidak bertangkai, meskipun ada juga dasar yang bertangkai. Anak-anak dan dewasa muda paling sering terkena.

BACA JUGA:  Pemilihan Obat untuk Pasien Hamil dalam Kedokteran Gigi

Perawatannya adalah biopsi eksisi bersama dengan pemeriksaan histopatologis. Jika keadaan ini dirawat dengan tepat, maka kekambuhan jarang terjadi.