Kegagalan dan Perubahan Jumlah Perkembangan Gigi


https://www.blog.klinikdoktergigi.web.idHipodonsia

Hipodonsia adalah tidak adanya secara bawaan satu atau beberapa gigi karena tidak adanya benih. Arti yang sama adalah istilah oligodonsia, yang dipakai untuk menunjukkan banyak gigi yang tidak ada secara bawaan.


Istilah anodonsia dipakai untuk suatu keadaan yang dijumpai, menyangkut kegagalan dari semua gigi untuk berkembang. Jika dijumpai gigi-gigi tidak ada, maka perlu menanya pasien dengan hati-hati untuk menentukan alasan hipodonsia.

 

Jika gigi-gigi tidak ada dengan alasan pernah dicabut sebelumnya atau kegagalan erupsi, maka penggunaan istilah hipodonsia tidak cocok.

BACA JUGA:  Masalah Pada Lidah

Hipodonsia dapat mengenai pria dan wanita, ras apapun dan gigi sulung atau tetap; tetapi paling umum pada gigi-geligi tetap. Kira-kira 5% dari penduduk mengalami dan kecenderungan keturunan cukup umum.

Gigi tidak ada bawaan yang paling sering adalah molar ketiga,  diikuti premolar kedua bawah, premolar kedua atas dan insisivus lateral atas, ruang yang tampak atau gigi sulung yang persistensi yang sering merupakan tanda klinis dari keadaan ini. Menghitung gigi-gigi bersama dengan radiograf memastikan keadaan tersebut.

BACA JUGA:  Ulkus Traumatikus

Banyak sindrom yang dikaitkan dengan gigi tidak ada yang bersifat bawaan, yaitu meliputi sindrom Book, dysplasia kondroektodermal, dysplasia ektodermal, inkontinentia pigmenti,  dysplasia otodental, sindrom Rieger, radiasi terapeutik kepala maupun leher pada bayi atau anak-anak dan rubella (campak) selama kehamilan mempunyai dampak dalam kegagalan perkembangan gigi.

Ruang lebih adalah akibat dari tidak adanya gigi yang dapat menyebabkan penggeseran, kemiringan dan supraerupsi dari gigi sekitar atau lawannya. Perubahan-perubahan dalam oklusi mungkin memerlukan terapi ortodonti dan prostodonti untuk memperbaiki fungsi dan estetika.