Penyebab (Etiology) Terjadinya Karies Gigi
Karies akar mulai terjadi ketika bakteri dan karbohidrat hasil fermentasi melekat pada permukaan akar. Sejak tahun 1970, penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi mikroflora yang responsif terhadap karies akar dan Streptococcus mutans ditemukan sebagai mikroorganisme utama. Lactobacillus dan Actinobacillus dipercaya juga memiliki peranan. Candida albicans telah diidentifikasi dalam lesi lunak tetapi tidak dianggap berperan dalam terjadinya lesi ini.
Mikroorganisme memetabolisme gula sederhana menjadi asam organik, yang melarutkan plak yang terdapat pada permukaan gigi. Asam ini selanjutnya melewati struktur akar dan memulai proses demineralisasi yang melepaskan ion kalsium dan fosfat. Proses ini menyebabkan pH mencapai nilai kritis untuk demineralisasi sementum dan dentin, dan untuk demineralisasi enamel.
Pengaruh dramatik terjadi selama proses ini, dengan kolapsnya kolagen disebabkan oleh larutnya mineral inorganik dan pembentukan kavitas. Kecepatan demineralisasi akar lebih cepat dibanding enamel dan terjadi pada pH yang lebih tinggi, karena kandungan mineral pada akar (55%) lebih sedikit dibanding enamel (99%). Remineralisasi dapat ditingkatkan dengan aplikasi fluoride, dan ketika pH permukaan akar telah normal, remineralisasi oleh deposisi ion kalsium dan phospat dapat terjadi.
Faktor Resiko Karies Gigi
Frekuensi dimana terjadinya karies akar dapat berkorelasi dengan karies koronal, dan faktor yang berhubungan dengan karies enamel sangat penting dalam menentukan awal terjadinya karies akar. Karies akar telah ditemukan berhubungan dengan faktor intraoral dan ekstraoral, yang disebutkan di bawah ini. Pengetahuan mengenai penyebab lesi karies akar akan menyebabkan klinisi membuat diagnosis dan pencegahan yang lebih baik untuk pasien.
Faktor Intraoral Karies Gigi
1. Rendahnya aliran saliva menghasilkan xerostomia. Kapasitas buffer saliva yang rendah.
2. Oral hygiene yang buruk menghasilkan skor plak yang tinggi dan deposisi kalkulus.
3. Penyakit periodontal dan bedah periodontal.
4. Hilangnya perlekatan dan resesi gingiva.
5. Mikroorganisme yang meningkat dalam saliva.
6. Frekuensi intake karbohidrat dan persentase plak yang terdapat pada permukaan gigi.
7. Karies koronal dan karies akar yang tidak direstorasi dan direstorasi.
8. Gigi penyangga overdenture dan gigi tiruan sebagian lepasan, dimana klamer dan konektor berperan terhadap retensi makanan.
9. Maloklusi, abfraksi, drifting, dan tipping, dimana daerah gigi tidak dapat dijangkau oleh pasien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik.
Faktor Ekstraoral Karies Gigi
1. Usia lanjut, dimana insidens karies akar tinggi pada dewasa tua.
2. Pemeriksaan gigi yang jarang.
3. Tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah.
4. Jenis kelamin, dimana pria lebih cenderung terkena dibanding wanita.
5. Ketidakmampuan fisik (seperti penyakit Parkinson’s) dimana pasien memiliki keterbatasan kemampuan manual sehingga menyulitkan pembersihan plak selama menyikat gigi.
6. Obat-obatan yang mengurangi aliran saliva.
7. Diabetes, gangguan autoimun (seperti sindrom Sjogren’s), atau terapi radiasi.
8. Antipsikotik, sedatif, barbiturat, dan antihistamin.
9. Paparan terbatas terhadap air yang mengandung fluoride.
10. Pecandu alkohol ataupun narkotika.