Adakah kerugian bila satu gigi yang hilang karena dicabut? Toh, masih bisa makan. Senyum juga masih oke, yang hilang kan gigi belakang. Atau akar gigi yang masih tersisa dibiarkan saja, selama tidak sakit dan tidak ada keluhan berarti tak masalah. Boleh jadi, demikian pikiran sebagian besar orang. Bagaimana yang sesungguhnya?
Ambil contoh gigi yang dicabut adalah salah satu gigi geraham bawah. Seiring waktu, gigi antagonisnya (gigi geraham atas) dapat turun dan memanjang karena gigi lawannya tidak ada. Gaya kunyah kita menyebabkan gigi cenderung semakin maju seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya posisi gigi tidak selalu tetap.
Mungkin pula posisi gigi saat seseorang mencapai usia tua mengalami perubahan bila dibandingkan sewaktu muda. Gigi di sebelah gigi yang dicabut juga dapat berubah posisi, yaitu miring ke arah gigi yang hilang. Awalnya, mungkin dampaknya tidak akan terlalu terasa. Namun kondisi ini akan mengganggu fungsi kunyah dan pada beberapa kasus yang berat dapat menyebabkan perubahan posisi gigi-gigi lain hingga ketidaknyamanan pada sendi rahang.
Karena ada gigi yang hilang, biasanya mengunyah pada sisi tersebut jadi tak nyaman. Akibatnya mengunyah hanya pada satu sisi saja. Padahal hal tersebut merugikan karena sisi yang tidak dipakai mengunyah justru lebih kotor daripada sisi yang digunakan untuk mengunyah. Ini lantaran aliran air liur di sisi tersebut lebih sedikit.
Pengunyahan akan menstimulasi keluarnya air liur. Keberadaan air liur sangat penting, salah satu fungsinya adalah untuk membilas kotoran dan sisa makanan. Karakteristik orang yang mengunyah satu sisi adalah karang gigi yang terbentuk lebih banyak pada sisi yang tidak digunakan untuk mengunyah.